Thursday, June 25, 2009

KE PURWOKERTO

Pada tanggal 23 Juni 2009, saya bersama teman saya yang bernama singgih pergi ke Purwokerto untuk mendaftar SNMPTN. Kami pergi ke Purwokerto jam 07.00 dari Majenang. Kami menggunakan sepeda motor, ini pengalaman pertama kami pergi ke Purwokerto. Hahaha mungkin terlihat katro. Tapi itu kenyataan, lebih baik terlihat katro, dari pada sok tahu, padahal tidak tahu apa-apa. Jaman sekarang banyak yang menutupi kekurangan mereka, justru dengan kekurangan yang kita miliki, kita dapat berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik lagi.
Owh ya, mari kita sambung lagi cerita perjalanan saya. Kami bertanya kepada tukang becak, maklum kami katro. Beberapa kali kami bertanya, kami melewati Karang Pucung, Wangon, Ajibarang, Cilongok, dan tibalah kami di Purwokerto. Kami senang akhirnya sampai juga di Purwokerto. Lalu kami ke SPBU untuk mengisi bensin dan istirahat sejenak. Kami pun melanjutkan perjalanan ke UNSOED, sesampainya di UNSOED, lalu kami mengambil formulir SNMPTN. Disana banyak orang yang menjual modul untuk SNMPTN, kami memutuskan untuk mengisi formulir dirumah. Ketika perjalanan pulang, kami melewati jalan perboden, dan menerobos lewat. Akhirnya kami di stop oleh polisi, kami pun kena tilang. Di kantor polisi kami ditanya-tanya, lalu polisi itu bilang kepada kami mau sidang atau di denda. Ini pengalaman pertama kami kena tilang. Kami pun tidak mau urusannya bertambah ribet, akhirnya kami membayar denda Rp 50.000 dan saya SMS bertanya kepada teman saya, jika melanggar perboden di denda berapa?
Teman saya menjawab biasanya orang yang melanggar perboden di denda Rp 20.000. Ya kami tertipu oleh pelayan masyarakat tersebut. Mungkin pelaya masyarakat itu tahu kalo kami dari luar daerah, jadi mereka menekan kami dengan denda yang lebih besar. Jaman sekarang seorang pelayan masyarakat yang seharusnya melayani masyarakat, justru sebaliknya malah membuat masyarakat kecewa. Apakah itu yang mereka inginkan, masih adakah kejujuran di dunia ini. Jaman sekang, sangat sulit menemukan orang yang benar-benar memiliki jiwa sosial yang tinggi. Saya pikir guru merupakan sosok orang yang pantas kita acungi jempol, saya ingin sekali menjadi seorang guru yang dapat berguna bagi bangsa dan negara. Bukan menjadi pelayan maryarakat yang hanya memikirkan diri sendiri, sungguh sedih saya melihatnya. Mereka yang tidak peduli akan keadaan orang lain yang hanya memikirkan perut mereka. Yang saya lihat, perut mereka buncit. Hati saya menangis, mereka yang seharusnya melakukan kebaikan malah berbohong hanya untuk mencari makan. Lalu saya berfikir apakah makanan yang mereka makan itu halal, mengapa harus ada perbedaan di dunia ini. Mengapa mereka harus mengutamakan orang yang mempunyai uang, dari pada mereka yang tidak punya apa-apa. Dimana keadilan sebenarnya? Apakah keadilan hanya untuk mereka yang memiliki uang dan jabatan? Apakah itu yang dinamakan keadilan? Apakah selama ini mereka memikirkan nasib orang-orang yang tidak mampu.
Mari kita lanjutkan perjalanan pulang saya, setelah pulang melewati gerbang purwokerto. Akhirnya kami sampai di Cilongok, kami pun beristirahat, kami makan sejenank. Karena perut kami sudang ribut dari tadi. Maklum kami belum makan siang, di perjalanan saya mengobrol. Tidak terasa akhirnya kami sampai di Cimanggu, dirumahnya singgih. Dan saya mampir lalu saya melanjutkan perjalanan pulang ke majenang. Ukh perjalanan yang melelahkan, badan saya terasa pegel-pegel, mungkin karena saya kecapean. Sekian cerita perjalanan saya, kapan-kapan disambung lagi. Terima kasih yang sudah mau membaca pengalaman saya yang katro ini.

1 comment:

  1. wakka..kak...kakk..kk...
    katro koe mas........
    ati2 gue kata2ne....
    mbok ana sing nuntut....
    ngko kasus...
    aku peduli ming koe mas....
    gu2h 378

    ReplyDelete