Sitti Nurbaya
Novel ini menceritakan gadis dari padang bernama Sitti Nurbaya. Dia mempunyai ayah yang bernama Baginda Sulaiman, sejak kecil ia ditinggal oleh ibunya. Dan ia dibesarkan oleh ayahnya, saat ia beranjak remaja Sitti Nurbaya mulai mengerti cinta dan ayahnya seorang pedagang di Padang. Sitti Nurbaya memiliki tiga orang kawan yaitu Samsulbahri, Bakhtiar, Arifin. Empat orang kawan tersebut berniat pergi ke Gunung Padang. Pemandangan di Gunung Padang sangat indah, mereka merasakan ketenangan dalam menikmati suasana alam disana. Ayah Sitti Nurbaya seorang pedagang terkemuka di kota Padang, namun sebagian modalnya itu merupakan pinjaman dari Datuk Maringgih. Pada saat itu Datuk Maringgih iri terhadap Baginda Sulaiman, lalu ia menyuruh anak buahnya untuk membakar rumah milik Baginda Sulaiman, dengan dibakarnya kios tersebut. Maka hancurlah usaha Baginda Sulaiman, ia jatuh miskin dan tak sanggup lagi membayar hutangnya kepada Datuk Maringgih. Saat seperti itu yang dinantikan oleh Datuk Maringgih yaitu ingin menikahi Sitti Nurbaya, demi keinginan ayahnya dan demi hutangnya terlunasi. Maka ia rela dinikahi oleh Datuk Maringgih. Pernikahan Sitti Nurbaya diketahui oleh Samsulbahri.
Sitti Nurbaya mengirimkan surat yang berisikan kabar tentang keadaan yang dialami oleh keluarga Sitti Nurbaya. Pada saat liburan Samsulbahri kembali pulang ke Padang, setelah ia pulang ke padang. Dia ingin bertemu dengan Sitti Nurbaya. Pada pertemuan di rumah Sitti Nurbaya, tak lama kemudian Datuk Maringgih mengetahui mengetahui pertemuan itu, lalu mereka berkelahi dan Sitti Nurbaya menjerit. Jeritan Sitti Nurbaya terdengar oleh ayahnya, saat itu ayahnya sakit keras. Dia ingin bangun untuk melihat apa yang terjadi pada anaknya. Namun ayahnya jatuh dari tempat tidurnya, ia kemudian menginggal dunia. Kematian Baginda Sulaiman disebabkan oleh Samsulbahri. Samsulbahri dituduh demikian, kemudian Samsulbahri dilarang kembali lagi ke Padang, dia diusir dari rumahnya. Lalu Sitti Nurbaya menyusul Samsulbahri, tetapi keadaan itu tidak sejalan dengan arah yang baik. Dan pada saat itu Datuk Maringgih mengetahui Sitti Nurbaya ingin berjumpa dengan Samsulbahri, Datuk Maringgih menyuruh anak buahnya untuk memfitnah Sitti Nurbaya dan Sitti Nurbaya kembali kerumah Datuk Maringgih dan waktu terus berlalu. Anak buah dari Datuk Maringgih memberi sebuah limang beracun. Dan Sitti Nurbaya memakan limang beracun yang diberi oleh anak buah Datuk Maringgih. Tidak lama setelah itu Sitti Nurbaya pun meninggal dunia. Akhirnya Sitti Nurbaya di makamkan di dekat makam ayahnya.Samsulbahri mendapat informasi, bahwa Sitti Nurbaya telah meninggal dunia, Samsulbahri putus asa dan ia ingin bunuh diri. Tetapi ajalnya belum tiba. Dan kini ia ingin keluar dari sekolahnya, dan ia ingin melanjutkan ke dinas militer. Setelah ia naik pangkat menjadi Letnan, ia mengubah namanya menjadi Letnan Mas. Suatu ketika Letnan Mas ditugaskan ke Padang, disana ia bertugas untuk memberantas kejahatan. Pada suatu peristiwa dalam pengrebekan yang melibatkan Datuk Maringgih. Datuk Maringgih ditangkap oleh Letnan Mas, tetapi Datuk Maringgih memberontak, dan ia mencoba lari. Malang nasibnya, nyawanya melayang. Akibat tembakan yang diletuskan oleh Letnan Mas, Letnan Mas mengira bahwa Datuk Meringgih sudah mati, tapi perkiraan ia salah, Datuk Maringgih mencabut parangnya dan membunuh Letnan Mas. Akhirnya mereka meninggal dunia.
Novel ini menceritakan gadis dari padang bernama Sitti Nurbaya. Dia mempunyai ayah yang bernama Baginda Sulaiman, sejak kecil ia ditinggal oleh ibunya. Dan ia dibesarkan oleh ayahnya, saat ia beranjak remaja Sitti Nurbaya mulai mengerti cinta dan ayahnya seorang pedagang di Padang. Sitti Nurbaya memiliki tiga orang kawan yaitu Samsulbahri, Bakhtiar, Arifin. Empat orang kawan tersebut berniat pergi ke Gunung Padang. Pemandangan di Gunung Padang sangat indah, mereka merasakan ketenangan dalam menikmati suasana alam disana. Ayah Sitti Nurbaya seorang pedagang terkemuka di kota Padang, namun sebagian modalnya itu merupakan pinjaman dari Datuk Maringgih. Pada saat itu Datuk Maringgih iri terhadap Baginda Sulaiman, lalu ia menyuruh anak buahnya untuk membakar rumah milik Baginda Sulaiman, dengan dibakarnya kios tersebut. Maka hancurlah usaha Baginda Sulaiman, ia jatuh miskin dan tak sanggup lagi membayar hutangnya kepada Datuk Maringgih. Saat seperti itu yang dinantikan oleh Datuk Maringgih yaitu ingin menikahi Sitti Nurbaya, demi keinginan ayahnya dan demi hutangnya terlunasi. Maka ia rela dinikahi oleh Datuk Maringgih. Pernikahan Sitti Nurbaya diketahui oleh Samsulbahri.
Sitti Nurbaya mengirimkan surat yang berisikan kabar tentang keadaan yang dialami oleh keluarga Sitti Nurbaya. Pada saat liburan Samsulbahri kembali pulang ke Padang, setelah ia pulang ke padang. Dia ingin bertemu dengan Sitti Nurbaya. Pada pertemuan di rumah Sitti Nurbaya, tak lama kemudian Datuk Maringgih mengetahui mengetahui pertemuan itu, lalu mereka berkelahi dan Sitti Nurbaya menjerit. Jeritan Sitti Nurbaya terdengar oleh ayahnya, saat itu ayahnya sakit keras. Dia ingin bangun untuk melihat apa yang terjadi pada anaknya. Namun ayahnya jatuh dari tempat tidurnya, ia kemudian menginggal dunia. Kematian Baginda Sulaiman disebabkan oleh Samsulbahri. Samsulbahri dituduh demikian, kemudian Samsulbahri dilarang kembali lagi ke Padang, dia diusir dari rumahnya. Lalu Sitti Nurbaya menyusul Samsulbahri, tetapi keadaan itu tidak sejalan dengan arah yang baik. Dan pada saat itu Datuk Maringgih mengetahui Sitti Nurbaya ingin berjumpa dengan Samsulbahri, Datuk Maringgih menyuruh anak buahnya untuk memfitnah Sitti Nurbaya dan Sitti Nurbaya kembali kerumah Datuk Maringgih dan waktu terus berlalu. Anak buah dari Datuk Maringgih memberi sebuah limang beracun. Dan Sitti Nurbaya memakan limang beracun yang diberi oleh anak buah Datuk Maringgih. Tidak lama setelah itu Sitti Nurbaya pun meninggal dunia. Akhirnya Sitti Nurbaya di makamkan di dekat makam ayahnya.Samsulbahri mendapat informasi, bahwa Sitti Nurbaya telah meninggal dunia, Samsulbahri putus asa dan ia ingin bunuh diri. Tetapi ajalnya belum tiba. Dan kini ia ingin keluar dari sekolahnya, dan ia ingin melanjutkan ke dinas militer. Setelah ia naik pangkat menjadi Letnan, ia mengubah namanya menjadi Letnan Mas. Suatu ketika Letnan Mas ditugaskan ke Padang, disana ia bertugas untuk memberantas kejahatan. Pada suatu peristiwa dalam pengrebekan yang melibatkan Datuk Maringgih. Datuk Maringgih ditangkap oleh Letnan Mas, tetapi Datuk Maringgih memberontak, dan ia mencoba lari. Malang nasibnya, nyawanya melayang. Akibat tembakan yang diletuskan oleh Letnan Mas, Letnan Mas mengira bahwa Datuk Meringgih sudah mati, tapi perkiraan ia salah, Datuk Maringgih mencabut parangnya dan membunuh Letnan Mas. Akhirnya mereka meninggal dunia.
No comments:
Post a Comment