Wednesday, October 21, 2009

Bekisar Merah

Di Karangsoga ada gadis bernama Lasi. Ia anak keturunan Jepang. Ayahnya orang Jepang, ibunya seorang Indonesia. Pada saat di dalam kandungan ayahnya meninggal karena pergi berperang tetapi tidak pernah pulang kembali. Sejak kecil Lasi selalu dinakali oleh teman sebayanya. Karena emak Lasi pernah di perkosa oleh orang Jepang yang tidak lain adalah ayah Lasi. Namun warga Karangsoga yang suka menggunjing terlalu melebih-lebihkan cerita, padahal Lasi lahir setelah 3 tahun peristiwa pemerkosaan itu. Ayah Lasi datang setelah 3 tahun peristiwa pemerkosaan itu. Ayah Lasi datang setelah menghilang selama 3 tahun,lalu emak Lasi dilamar. Dan lahirlah Lasi, seorang gadis yang cantik. Banyak teman Lasi yang selalu mengejeknya, hingga suatu hari Lasi melihat kepiting di sungai. Ia melihat ada kepiting yang memiliki jepitan yang kuat, ia ingin seperti kepiting tersebut agar bisa memotong leher orang Karangsoga. Lasi mempunyai teman yang baik, ia adalah Kanjat anak tengkulak gula. Kanjat tidak banyak omong, kadang ketika ada teman laki-laki mengejek Lasi, Kanjat ingin membela Lasi, tapi apa daya tubuhnya kecil, 2 tahun lebih muda dari Lasi.

Ibu Lasi menikah dengan Wiryaji. Suatu ketika Wiryaji sakit dan ia digantikan oleh Darsa,ia keponakan Wiryaji. Ketika Darsa membawa pongkor untuk diserahkan ke Lasi, ia selalu menyelipkan buah-buahan diantara pongkor tersebut. Ia menaruh hati pada Lasi, mbok Wiryaji sebenarnya sudah mengetahui hal tersebut sejak lama. Ada niat mbok Wiryaji menjodohkan Lasi dengan Darsa. Akhirnya mereka menikah, rumah tangga mereka rukun, sudah 2 tahun usia pernikahan mereka, mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Hingga suatu mala petaka datang, Darsa jatuh dari pohon kelapa, dan mukri yang tak jauh dari tempat Darsa menyadap, segera menolong Darsa dan membawanya pulang. Lasi menangis ketika mengetahui suaminya terkapar, para tetangga mulai berdatangan dan Eyang Mus pun datang. Ia sesepuh desa. Eyang Mus menyarankan agar Darsa di bawa ke rumah sakit. Tetapi pada waktu itu, mereka tidak punya uang, Eyang Mus menyarankan agar meminjam uang kepada Pak Tir. Setelah mendapatkan uang pinjaman, mereka membawa Darsa ke poliklinik. Seminggu Darsa dirawat, tetapi ia masih suka ngompol karena terjatuh dari pohon kelapa. Dokter menyarankan agar Darsa dibawa ke rumah sakit yang lebih besar. Karena tidak memiliki biaya, mereka memutuskan agar Darsa dibawa pulang kerumah. Hingga akhirnya Darsa ditangani oleh seorang tukang urut bernama Bunek. Banyak orang bilang pijatannya terbukti bisa menyembuhkan beberapa lelaki peluh. Setelah beberapa lama tampaknya Darsa mulai mengalami perubahan, karena terlalu sibuk, Bunek meminta agar Darsa yang pergi kerumah Bunek. Sesekali Lasi mengantar, kadang Darsa pergi sendiri. Hal ini dimanfaatkan oleh Bunek, ia memiliki anak gadis yang bernama Sipah. Sipah belum memiliki suami, mungkin karena kakinya pincang. Sipah didesak oleh Bunek untuk mengobati Darsa yang sedang mengalami peluh. Beberapa waktu kemudian Sipah meminta Darsa untuk mengawininya karena Sipah mengandung anak Darsa. Mengetahui hal tersebut Lasi marah. Lalu ia minggat, diperjalanan ia ikut bersama Pardi dan Sapon naik truk yang hendak pergi membawa gula kelapa ke Jakarta. Diperjalanan mereka berhenti disebuah warung. Lalu mereka melanjutkan perjalanan. Lasi tertidur, mungkin karena ia letih. Sudah pagi hari, matahari mulai tampak, Lasi mulai terbangun. Ia ling-lung, sedang berada dimana saat itu. Tiba-tiba Sapon muncul dari pinggir pintu dan membukakan pintu. Sapon menjelaskan bahwa mereka sudah sampai di Jakarta. Lasi dititipkan kepada Bu Koneng pemilik warung, karena Pardi dan Sapon akan bongkar muat barang digudang. Tidak baik jika perempuan ikut untuk bongkar muat. Lalu Bu Koneng memberikan baju dan handuk, menyuruh Lasi mandi. Suatu ketika datanglah Bu Lanting, ia melihat Lasi dan tertarik menginginkannya. Setelah berunding dengan Bu Koneng, terjadilah kesepakatan. Lasi diangkat sebagai anak oleh Bu Lanting, ia dikenalkan pada orang kaya bernama Handarbeni. Bu Lanting hendak menjual Lasi ke Pak Han, sebutan dari Handarbeni. Lasi dianggap bekisar yang belum jinak oleh mereka, lasi di suruh memakai kimono berwarna merah. Lalu Lasi difoto, hasilnya sangat menawan. Pak Han pun tertarik, akhirnya mereka menikah dan Lasi diberi hadiah berupa rumah di Slipi. Ia pulang ke Karangsoga. Ia memperbaiki rumahnya. Ia bertemu Kanjat, ia berniat menolong Kanjat yang sedang melakukan penelitian di Karangsoga. Tetapi banyak permasalahan yang akan dihadapi pada penelitiannya. Lasi merasa kecewa ketika mengetahui Pak Han hampir impoten, ia ingin pergi kembali ke Karangsoga, karena disana mungkin bisa menjernihkan pikirannya. Terdengar kabar bahwa listrik akan masuk desa. Hal tersebut membuat penyadap bersedih, karena pohon kelapa dipinggir jalan milik mereka harus ditebang. Darsa terlihat termenung karena pohon kelapa miliknya akan ditebang. 10 pohon kelapanya akan ditebang, padahal ia hanya memiliki 12 pohon. Ketika giliran pohon kelapa milik Darsa yang ditebang, ia hanya dapat pasrah. Darsa pergi berjalan pulang kerumah. Lasi dan Kanjat mengikuti Darsa dari belakang. Mereka menghibur Darsa dan menyarankan agar Darsa pasrah dan nrima apa yang sedang terjadi pada dirinya. Lasi pergi ke dalam rumah dan ia melihat Sipah bersama anaknya yang bernama Giman. Lalu ia memberi Sipah uang untuk makan 1 tahun.

2 comments:

  1. saya hanya sekedar membaca novel, dan saya menuliskannya di dalam blog.
    makasih sudah mau membaca sinopsis novel ini

    ReplyDelete